Senin, 31 Maret 2014

asal usul gundu atau kelereng


Pernah bermain kelereng? Ya, Anda pasti tidak asing lagi dengan permainan bola-bola kecil dari kaca tersebut. Dari jaman baheula dulu, kelereng telah menjadi permainan anak-anak dari berbagai kalangan. Begitu menyebarnya permainan ini hingga di setiap daerah memiliki julukan masing-masing, misalnya keneker atau neker (Jawa), gundu (Betawi), guli (Melayu), kaleci (Sunda), ekar (Palembang), atau setinan (Semarang).


Saking tuanya, asal-usul kelereng tidak diketahui secara pasti. Kelereng diperkirakan telah ada sejak peradaban Mesir kuno sekitar tahun 3000 SM. Saat itu kelereng berupa batu dan tanah liat. Kelereng 'tertua' koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa. Beberapa sumber juga menyebutkan adanya peninggalan kelereng pada masa Indian di Amerika Utara yang juga berupa tanah liat.

Pada masa Rowami, permainan kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan. Salah satu penggemar kelereng adalah Octavian, yang kelak menjadi Kaisar Agustus. Saat itu permainan ini sudah mempunyai aturan-aturan "resmi". Seperti permainan-permainan Romawi lain, peraturan yang berlaku saat itu menjadi dasar permainan sekarang.

Penyebutan istilah untuk kelereng sendiri baru muncul sekitar abad ke-12. Saat itu orang Prancis menyebutnya bille, yang berarti bola kecil. Orang Belanda kemudian mengistilahkanknikkers. Ternyata istilah itulah yang diserap oleh anak-anak Jawa inlander hingga menjadi "neker". Bahkan, istilah neker tersebut juga sempat digunakan di New York pada abad ke-19.

Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran. Tapi ukurannya tidak selalu sama. Ada yang seukuran kelereng yang biasa kita lihat saat ini, sampai ada yang sebesar buah duku. Dari banyak jenis permainan saat itu, yang benar-benar meluas hanya sembilan permainan, seperti hit and archboardcherry pit,ringtaw, dan bridgeboard. Namanya boleh asing, tapi peraturan permainanya tak berbeda jauh dari yang dimainkan anak-anak di negeri kita. Seperti berusaha memukul kelereng taruhan di dalam lingkaran atau saling memukul kelereng lawan.

Jika saat ini istilah marbles yang dipakai secara umum untuk kelereng, itu dimulai di Inggris pada tahun 1694 ketika diperkenalkan batu kelereng dari marmer yang didatangkan dari Jerman yang disebut marble. Istilah ini kemudian lebih go international dari pada bowls atauknickers yang lebih dulu familiar di kalangan anak-anak Inggris saat itu.

Pada tahun 1864, di Jerman ditemukan teknologi pembuatan kelereng kaca. Penemuan ini membuat kelereng semakin berwarna mirip kembang gula atau permen. Begitu menariknya sampai-sampai pada saat itu dijauhkan dari anak-anak karena khawatir tertelan. Namun, keindahan yang ditawarkan oleh teknologi ini membuatnya semakin menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan masing-masing negara akhirnya harus mengembangkannya sendiri.

Meski terlihat indah, kelereng kaca bukan tergolong barang mahal. Kelereng yang terbuat dari marmer, disebut alley, tetap yang terbaik. Konon, kelereng jenis ini juga lebih akurat jika ditembakkan saat bermain. Namun, untuk taruhan dalam permainan, biasanya tetap digunakan kelereng murah, seperti dari keramik atau kaca.

Pada zaman modern saat ini, perkembangan kelerang sangat pesat walaupun bentuknya masih tetap seperti dahulu. Corak yang ditampilkan jauh lebih 'berwarna', mulai warna-warna dasar hingga lukisan. Bahan yang digunakan pun beragam, misalnya keramik, plastik, baja, hingga kayu. Bahkan, beberapa kolektor ada yang memiliki kelereng dari batu onyx atau akik, emas, hingga mutiara. Tapi semahal apa pun, untuk memainkannya tetap saja harus disentil dengan jari tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar